Recent Posts

Mewariskan Sejarah Melalui Masyarakat | Sejarah Negara Com Kebudayaan Asli Indonesia Menurut Dr Brandes

Mewariskan sejarah melalui masyarakat | Sejarah Negara Com

Hi, bertemu kembali, pada kali ini akan membawakan mengenai kebudayaan asli indonesia menurut dr brandes Mewariskan sejarah melalui masyarakat | Sejarah Negara Com simak selengkapnya 

Setelah kita kenal aturan apa|dengan jalan apa} nenek kumpi kita mewariskan asal usul lewat keluarga, kemudian akan kita ulas mengenai mewariskan asal usul lewat masyarakat. Masyarakat merupakan sekelompok anak buah yang memiliki kesamaan budaya (yang diwariskan dari keturunan ke generasi), wilayah, identitas, dengan berinteraksi di satu ikatan baik yang terstruktur.

Masing-masing anggota di bangsa baku membutuhkan, baku memadatkan dengan baku melengkapi. Hal ini disebabkan karena tidak siap anak Adam yang bisa berjiwa sendiri minus anak buah lain. Baik ala terus meskipun tidak terus bangsa memiliki caranya sendiri untuk mewariskan masa lalu.

Masing-masing bangsa memiliki adat-istiadat yang berbeda eka sama lain. Berhadapan dengan adat-istiadat tersebut, setiap anggota bangsa harus patuh. Penyimpangan akan membuat seseorang disisihkan dari lingkungan masyarakat.

Misalnya, pewarisan fiil berdampingan di denyut kehidupan masyarakat. Baik terus meskipun tidak terus akan menjadi pelajaran yang dapat melepaskan ingatan tentang denyut bangsa bersangkutan dari masa ke masa atau keturunan ke generasi.

Adat adat dapat menjadi alat untuk mewariskan asal usul masa arkian kepada keturunan penerus. Namun, masa arkian yang diwariskan akibat keturunan contoh kepada keturunan berikutnya adakala tidak persis sama dengan segala apa yang terjadi atas masa lalu, lamun cecap beraneka macam perubahan sesuai perkembangan zaman.

Hal ini disebabkan karena anak Adam memiliki budi untuk berkelakuan segala apa yang diwariskan akibat keturunan contoh dengan segala apa yang dibutuhkan akibat keturunan yang bersangkutan. Oleh karenanya, masa arkian tidak sepenuhnya diambil akibat keturunan berikutnya, lamun hanya menjadi alur (sungai) yang terus dikembangkan dengan diperbarui.

Pertunjukan hiburan

Seorang ahli berkebangsaan Belanda bernama Dr. J. L. Brandes menciptakan 10 pokok denyut bangsa Indonesia sebelum memahami artikel atau sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Salah satunya merupakan pertunjukan wayang kulit.

Pertunjukan wayang dilakukan dengan tujuan melahirkan jin nenek moyang. Dengan begini pertunjukan wayang selain bermakna intermezo lagi bermakna religius. Dalam pertunjukan wayang acap disisipkan petuah-petuah atau petunjuk-petunjuk tentang satu denyut yang sedang dilalui akibat masyarakat.

Foto Dr. J. L. Brandes
Dr. J. L. Brandes

Dalam pertunjukan wayang lagi dinyatakan tentang baik buruk denyut yang dilalui akibat masyarakat, apalagi atas cerita wayang lagi dibahas sebab akhir dari integritas anak Adam ala keseluruhan.

Pertunjukan wayang ada kalanya memetik komidi bangsawan (kisah) tentang denyut anak Adam di masyarakat, atau mengakankan denyut menemani masyarakat. Bahkan anak buah yang memainkan wayang kulit yang disebut dalang biasanya memetik tema cerita tentang asal-usul daerah yang ditempati akibat satu masyarakat.

Kegigihan keturunan contoh membangun tempat tinggalnya ada kalanya dibesar-besarkan atau diagung-agungkan. Hal ini dilakukan agar keturunan berikutnya konsisten memberi penghormatan kepada getah perca pendahulunya atau melepaskan penghargaan yang agung karena keturunan contoh menebak menyediakan tempat untuk keturunan berikutnya.

Sementara itu, wayang sebagai pertunjukan intermezo sangat besar manfaatnya di denyut manusia. Cerita-cerita yang banyak mengandung petuah yang bermanfaat dapat menjadi salah eka alat untuk mengingatkan anak Adam atau masyarakatnya akan masa lalunya. Sampai detik ini, kecakapan wayang kulit masih digemari akibat bangsa khususnya Jawa.

Gambar Pertunjukan wayang kulit
Pertunjukan wayang kulit merupakan salah eka sarana

masyarakat Indonesia mewariskan asal usul masa lalu.

Kepercayaan masyarakat

Penelitian seorang ahli berkebangsaan Perancis bernama G. Coedes menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum memahami artikel atau sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha menebak memiliki 10 anggota pokok peradaban. Salah eka dari 10 anggota pokok kebudayaan tersebut merupakan kepercayaan. Kepercayaan ini berbentuk animisme, dinamisme, dengan monoisme, bersama pemujaan terhadap jin nenek kumpi atau jin leluhur.

Foto G. Coedes Peneliti Prancis
G. Coedes Peneliti Prancis

Sementara itu, pemujaan terhadap jin bibit buwit menjadi sangat penting di denyut bangsa Indonesia, karena lewat pemujaan tersebut bangsa akan memperingati dengan mengingat segala apa yang menebak pernah dilakukan akibat getah perca leluhurnya di masa lalu, yang akhirnya diwarisinya.

Dalam perjalanan asal usul muncul pertanyaan tentang mengapa bangsa sebelum memahami artikel menganut animisme, dinamisme, dengan monoisme?

  • Animisme merupakan satu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap benda memiliki jin atau jiwa.
  • Dinamisme merupakan satu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
  • Monoisme merupakan kepercayaan yang menyatakan bahwa siap eka kekuatan yang sangat besar yang berada di luar awak manusia, ialah kekuatan alam semesta (Tuhan Yang Maha Esa).

Munculnya kepercayaan semacam itu merupakan satu cara yang sangat panjang di asal usul bangsa yang didasarkan atas pengalaman bangsa bersangkutan dengan ketergantungan mereka atas alam.

Sebagai contoh, monumen batu atau menhir yang didirikan akibat bangsa sebagai atribut penghormatan kepada jin bibit buwit atau nenek moyang. Tugu batu itu dikeramatkan akibat masyarakat, apalagi bangsa memandang bahwa monumen batu itu memiliki jin atau jiwa atau kekuatan gaib.

Oleh karena itu ala turun-temurun atau dari keturunan ke keturunan mereka konsisten melaksanakan pemujaan terhadap jin nenek kumpi atau bibit buwit lewat monumen batu tersebut. Selain itu terdapat lagi ramu yang memiliki kekuatan ajaib di bentuk senjata atau ramu lain.

Dengan demikian, afirmasi dari ahli Belanda Dr. Brandes hampir sama dengan catatan asal usul seorang ahli dari Perancis bernama Coedes tentang 10 anggota pokok di denyut bangsa Indonesia sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha.

Jadi, beralaskan sisa-sisa warisan yang ditemukan, maka dapat diungkapkan bahwa denyut bangsa nenek kumpi Indonesia atas zaman sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha menebak memiliki ambang kebudayaan yang tinggi. Masyarakatnya menebak teratur di denyut kelompok, menebak memahami kepandaian teknik perundagian bagaikan mengecor dengan mencetak perunggu, memahat dengan sebagainya. Selain itu, mereka terbabit anak bahari yang ulung.

Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa bangsa anak Indonesia atas masa itu merupakan sebagai beserta :

  1. Masyarakat agraris – religius dengan corak aktivitas bercocok tanam padi.
  2. Memiliki ambang kebudayaan yang agung (teknologi perundagian) dengan pelayaran.
  3. Hidup di kelompok beralaskan akar denyut gotong-royong, musyawarah dengan mufakat.
  4. Merupakan bangsa terbuka dengan akar kesentosaan bersama.

10 anggota kebudayaan bangsa Indonesia

Berdasarkan investigasi seorang ahli Perancis yang bernama Coedes di bidang kebudayaan bangsa Indonesia sebelum pengaruh Hindu-Buddha terdapat 10 anggota kebudayaan yang dimiliki, ialah sebagai beserta :

  1. Memelihara piaraan (sapi, unggas,, dengan lain-lain).
  2. Mengenal ketrampilan teknik undagi (perundagian)
  3. Mengenal ingatan ekspedisi di samudera luas.
  4. Sistem kekerabatan matrilineal.
  5. Kepercayaan animisme, dinamisme dengan pemujaan jin leluhur.
  6. Mengenal organisasi pembagian cecair untuk pertanian.
  7. Kepandaian membuat barang-barang dari butala berkepanjangan bagaikan gerabah atau tembikar.
  8. Kepercayaan kepada penguasa gunung.
  9. Cara pemakaman atas dolmen atau kubur batu.
  10. Mitologi antagonisme antara duet anggota kosmos.

Sedangkan ahli purbakala Dr. Brandes menyatakan bahwa dekat masuknya pengaruh Hindu-Buddha atau dekat denyut bangsa Indonesia memahami artikel menebak memiliki 10 anggota pokok kebudayaan asli Indonesia, ialah sebagai beserta :

  1. Bercocok tanam antah bersawah.
  2. Mengenal ajaran alur (sungai) permainan wayang, dengan arah untuk melahirkan jin nenek moyang.
  3. Mengenal kecakapan beleganjur yang terbuat dari perunggu.
  4. Pandai membatik (tulisan hias).
  5. Pola lapisan bangsa macapat, lapisan satu ibukota acap terdapat butala lebar atau alun-alun yang dikelilingi akibat istana (keraton), bangunan tempat pemujaan atau apel agama. Sebuah pekan dengan sebuah penjara.
  6. Telah memahami alat tukar di perdagangan.
  7. Membuat barang-barang dari logam, terutama perunggu.
  8. Memiliki kemampuan yang agung di ekspedisi (sebagai anak bahari).
  9. Mengenal ingatan astronomi.
  10. Susunan bangsa yang teratur.

Demikian ulasan mengenai cara anak Indonesia mewariskan asal usul masa arkian lewat masyarakat. Semoga menjadi catatan asal usul yang bermanfaat.

oke pembahasan tentang Mewariskan sejarah melalui masyarakat | Sejarah Negara Com semoga info ini bermanfaat terima kasih

tulisan ini diposting pada label kebudayaan asli indonesia menurut dr brandes, kebudayaan asli bangsa indonesia menurut dr brandes, unsur kebudayaan asli indonesia menurut dr brandes, , tanggal 17-09-2019, di kutip dari https://www.sejarah-negara.com/mewariskan-sejarah-melalui-masyarakat/

Disqus Comments

Popular Post