Recent Posts

Egrang Dan Kongres Kebudayaan Indonesia Filosofi Kebudayaan Indonesia

Egrang dan Kongres Kebudayaan Indonesia

Hi, selamat siang, artikel ini akan menjelaskan mengenai filosofi kebudayaan indonesia Egrang dan Kongres Kebudayaan Indonesia simak selengkapnya 

Tulisan ini menyambut Kongres Kebudayaan Indonesia di Jakarta pada 5–9 Desember. Kongres istimewa. Sebab, itu kali mula-mula diadakan setelah Indonesia punya UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Oleh : PINKY SAPTANDARI *)

Jawa Pos, Rabu 5 Desember 2018

KELAHIRAN hukum itu tidak dapat dilepaskan dari ke ra gaman budaya Indonesia yang semasa ini masih berserakan dan belum semuanya terarsipkan secara rapi.

Objek pemajuan kultur secara keseluruhan melingkupi adat-istiadat lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, atraksi rakyat, dan gerak badan tradisional.

Egrang dan Kongres Kebudayaan Indonesia

Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 ialah ajang besar atau boleh dibilang sebagai ajang kolosal yang digunakan untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang dalam biasa berjibun dan beragam. Selain itu, Kongres Ke budayaan Indonesia 2018 jadi gelanggang membangun kesa daran dan memperkuat komitmen bersama pada menjaga integritas bani dan negara lewat dokumen tasi multikulturalisme Indonesia.

Implementasi Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan jadi aparat untuk memperkuat komitmen semua pihak, khususnya pe merintah, pada mewujudkan cita-cita pelindungan, pengem bangan, dan pemakaian bahan ke budayaan beserta pembinaan seba gai upaya pemberdayaan akar kapasitas manusia dan dewan kebudayaan.

Upaya menghidupkan ekosistem kultur dapat kedapatan pada salah satu bahan pemajuan kebudayaan. Yakni, atraksi rakyat yang ada pada setiap kebudayaan. Salah satunya ialah atraksi egrang yang dijumpai pada beraneka macam kebudayaan.

Egrang ialah atraksi rakyat. Ia bukan sekadar atraksi rakyat. Bukan kembali sekadar hasil karya budaya materi. Egrang memegang aspek filosofi dan nilai yang dalam biasa. Ia punya anggota pengetahuan dan teknologi tradisional, bahasa, gerak badan tradisional, cukup kecakapan pertunjukan. Semua anggota tersebut kedapatan pada Festival Egrang yang diselenggarakan akibat Komunitas Tanoker di Ledokombo, Kabupaten Jember.

Bahasa membantu proses mentransformasikan filosofi dan nilainilai ajaran luhur di balik atraksi egrang. Bahasa bena untuk mengajak dan mengarahkan filosofi dan nilai-nilai di balik atraksi tersebut. Bahasa lagi bena untuk mengarahkan keterampilan teknis membuat egrang atau lagi keteram pilan teknis biar bisa bermain egrang.

Ketika egrang jadi kegiatan yang dilombakan dengan penilaian pada keterampilan aturan bermain, keserasian gerak dan lagu, aspek kecakapan jadi hal yang ikut berperan. Maka, berkembanglah kecakapan meng hias egrang, kecakapan memilih rancangan kostum, kecakapan koreografi, dan kecakapan musik sebagai bumbu sekaligus kapasitas tarik yang membuat para pe ma in dan pemirsa amat antu sias setiap kali Festival Egrang diadakan.

Pengalaman pelaksanaan Festival Egrang di Ledokombo yang telah me masuki tahun ke-9 tersebut me nunjukkan bahwa egrang becus membarui ekosistem kultur desa Ledokombo dan sekitarnya. Dari desa dengan berjibun anak TKI yang semasa ini kurang men dapat animo dan penga suhan yang baik, berubah karena aktivitas egrang dan berlatih pada Komunitas Tanoker.

Anak-anak TKI memegang ajang untuk berlatih dan bermain yang becus membarui mindset dan perilaku mereka jadi positif. Bagi masyarakat, merupakan harapan untuk memegang income adendum membuat kerajinan, membuat makanan/minuman, dan menyewakan rumah/kamar untuk tamu-tamu yang datang dari dalam metropolitan atau dalam negeri.

Egrang dan Kongres Kebudayaan Indonesia

Festival Egrang terbukti becus memperkuat ketahanan sosial pada keluarga dan komunitas. Warga desa terlibat jadi badan penyelenggara dan aktif berbagi peran untuk beraneka macam tugas pada penyelenggaraan perhelatan besar tahunan tersebut. Mereka ikut berproses, mulai mengikuti adu dan pawai egrang, berpartisipasi pada pasar murah rakyat, ikut arena seni, batas aktivitas pendukung lainnya.

Ketika egrang terbukti becus men jadi upaya pemajuan kebudayaan, kalakian barang apa yang kudu dilakukan pemerintah dan asosiasi biar ada ”egrang-egrang” lain yang dapat dikembangkan sebagai aparat pemajuan kebudayaan, termasuk menghidupkan ekosistem ke budayaan?

Apa yang kudu dilakukan biar upaya-upaya pemajuan kultur dapat memperkuat identitas budaya bangsa, jadi aparat pendidikan karakter, beserta memegang akibat berantai terhadap pengembangan perdagangan kreatif dan pariwisata? Lalu, barang apa batasan bena Kongres Kebudayaan Indonesia kali ini?

Ini saatnya menggunakan momentum Kongres Kebudayaan Indonesia untuk membuat perubahan mendasar pada tataran pola agak bani Indonesia. Implementasi pemajuan kultur kudu bisa jadi aparat memperkuat bani beserta langkah strategis untuk anti segala bangun intoleransi dan radikalisme.

Mudah-mudahan Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 becus mem beri jawaban tempat pertanyaan besar itu sekaligus melaporkan ke pada adam bahwa Indonesia ialah bani yang besar dengan kedamaian budaya yang dalam biasa, menjalar dari Sabang batas Merauke, dari Pulau Rote batas Miangas. (*)

*) Dosen Pascasarjana Universitas Airlangga, mantan staf ahli menteri pemberdayaan perempuan Republik Indonesia

begitulah penjelasan tentang Egrang dan Kongres Kebudayaan Indonesia semoga info ini menambah wawasan salam

tulisan ini diposting pada kategori , tanggal 18-09-2019, di kutip dari https://tanoker.org/egrang-dan-kongres-kebudayaan-indonesia/

Disqus Comments

Popular Post