Recent Posts

Budaya Indonesia - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas Kebudayaan Indonesia Sebelum Hindu Budha

Budaya Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hi, berjumpa kembali, sesi kali ini akan dibahas tentang kebudayaan indonesia sebelum hindu budha Budaya Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas simak selengkapnya 

Budaya Indonesia adalah seantero kultur nasional, kultur lokal, meskipun kultur asal asing yang menebak ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Budaya Indonesia tak sekadar mencakup budaya asli bumiputera, tetapi lagi mencakup budaya-budaya pribumi yang kena pengaruh budaya Tionghoa, Arab, India, dan Eropa.

Kebudayaan nasional[sunting | sunting sumber]

Kebudayaan nasional adalah kultur yang diakui sebagai ciri-ciri nasional. Definisi kultur dalam negeri berdasarkan TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:

Kebudayaan dalam negeri yang berlandaskan Pancasila adalah konkretisasi cipta, karya dan niat anak Indonesia dan merupakan keseluruhan kapasitas akal anak Adam Indonesia buat mengembangkan harkat dan derajat sebagai bangsa, serta diarahkan buat memasrahkan paham dan makna pada pembangunan dalam negeri pada seberinda bidang kehidupan bangsa. Dengan begini Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199

Kebudayaan dalam negeri pada adicita Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kultur daerah”. Kutipan deklarasi ini merujuk pada adicita keesaan apa lagi dimantapkan, sehingga ketunggalikaan apa lagi lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, perdagangan nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan akibat Koentjaraningrat boleh dilihat dari peryataannya: “yang distingtif dan bermutu dari genus anak mana juga asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan melahirkan melalui bangga, itulah kultur nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kultur daerah dan kultur genus anak yang bisa melahirkan melalui bagak bagi anak buah Indonesia andaikan ditampilkan buat mewakili ciri-ciri bersama. Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kultur Indonesia alang mempersoalkan eksistensi kultur daerah dan kultur dalam negeri tercantel dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan akibat kultur daerah andaikan sempadan melanggar kultur dalam negeri tak dijelaskan ala gamblang.

Sebelum di amendemen, UUD 1945 menggunakan dua nama buat mengenali kultur daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, adalah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seantero Indonesia, meskipun kultur dalam negeri sorangan dipahami sebagai kultur anak yang sudah berada pada posisi yang ada makna bagi seantero anak Indonesia. Dalam kultur dalam negeri terdapat anggota pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan cecap persebaran ala nasional. Di dalamnya terdapat anggota kultur anak dan anggota kultur asing, serta anggota buatan aktual atau hasil invensi nasional.[1]

Wujud kultur daerah di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kebudayaan daerah menjelma pada beraneka macam aspek kehidupan asosiasi di seantero daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri distingtif kultur yang berbeda. Berikut ini kaum kultur Indonesia berdasarkan jenisnya:

Rumah adat[sunting | sunting sumber]

Rumah gadang, kediaman etiket sumatera barat

Berikut adalah daftar kediaman etiket di Indonesia

Upacara adat[sunting | sunting sumber]

Upacara etiket merupakan satu bangun tradisi yang bersifat turun-temurun yang dilaksanakan ala teratur dan tertib berdasarkan adat kebiasaan asosiasi pada bangun satu hubungan aktivitas permohonan sebagai ungkapan melalui terima kasih. Selain itu, peralatan etiket merupakan konkretisasi dari sistem kepercayaan asosiasi yang mempunyai nilai-nilai universal, bernilai sakral, suci, religius, dilakukan ala turun-temurun serta menjadi benda kebudayaan nasional.

Unsur-unsur pada peralatan etiket meliputi: tempat upacara, waktu pelaksanaan, benda-benda/peralatan dan aktor peralatan yang melingkungi pemimpin dan peserta upacara.

Jenis-jenis peralatan etiket di Indonesia antara lain: Upacara kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan, pemujaan, afirmasi kepala suku dan sebagainya.

Beberapa peralatan etiket tradisional yang dilaksanakan asosiasi antara lain:

Sumatra[sunting | sunting sumber]

Jawa[sunting | sunting sumber]

Kalimantan[sunting | sunting sumber]

Kalimantan Barat[sunting | sunting sumber]
Kalimantan Tengah[sunting | sunting sumber]
Kalimantan Selatan[sunting | sunting sumber]
Kalimantan Timur[sunting | sunting sumber]

Sulawesi[sunting | sunting sumber]

Nusa Tenggara[sunting | sunting sumber]

Maluku[sunting | sunting sumber]

Papua[sunting | sunting sumber]

Aksara[sunting | sunting sumber]

Aksara Nusantara merupakan beragam aksara atau tulisan yang digunakan di Indonesia buat ala istimewa membukukan bahasa daerah tertentu, biarpun penggunaannya buat masa ini tergeser akibat alfabet Latin.

Teater dan drama[sunting | sunting sumber]

Teater merupakan tontonan yang dipertunjukkan di depan khalayak umum. Teater di Indonesia berjibun macamnya, berikut macam-macam gedung pertunjukan Indonesia:

Seni teater modern lagi berkembang di Indonesia dengan energi drama mereka yang berbeda. Kelompok teater, tari, dan drama terkemuka bagaikan Teater Koma semakin beken di Indonesia karena drama mereka sering melukiskan sindiran sosial dan politik asosiasi Indonesia.

Tarian[sunting | sunting sumber]

Tari tradisional, belahan dari budaya daerah yang menyusun kultur dalam negeri Indonesia

Tarian Indonesia mencerminkan benda dan keanekaragaman genus anak dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 genus anak di Indonesia: boleh terlihat dari akar budaya anak Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi akibat beraneka macam budaya dari negeri tetangga di Asia apalagi pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap genus anak di Indonesia ada beraneka macam tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di beraneka macam sanggar dan madrasah seni tari yang dilindungi akibat paksa keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.

Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia boleh digolongkan ke pada beraneka macam kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia boleh dibagi ke pada tiga era: era etnis prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, boleh terbelah pada dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi pada dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.

Lagu[sunting | sunting sumber]

Lagu daerah atau musik daerah atau dendang kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berakar dari satu daerah definit dan menjadi populer dinyanyikan ayu akibat rakyat daerah tersebut meskipun rakyat lainnya. Pada galibnya inventor dendang daerah ini tak diketahui lagi nama samaran noname.

Lagu etnis mirip dengan lagu kebangsaan, akan tetapi statusnya sekadar bersifat etnis saja. Lagu etnis biasanya ada lirik sesuai dengan budi daerahnya sendiri-sendiri bagaikan Manuk Dadali dari Jawa Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.

Selain dendang daerah, Indonesia lagi ada kaum dendang dalam negeri atau dendang nasionalistis yang dijadikan sebagai dendang penyemangat bagi para pejuang pada masa perang kemerdekaan.

Perbedaan antara dendang kebangsaan dengan dendang nasionalistis adalah bahwa dendang kebangsaan ditetapkan ala formal menjadi ikon satu bangsa. Selain itu, dendang kebangsaan biasanya merupakan tunggal wahid langka dendang formal satu negara atau daerah yang menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan akibat Wage Rudolf Soepratman.

Musik[sunting | sunting sumber]

Identitas musik Indonesia dari terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada era ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik genus tradisional Indonesia galibnya menggunakan instrumen perkusi, lebih-lebih gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang berabe dan berbeda-beda, bagaikan alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali

Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan akibat suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seantero 17.508 pulaunya ada budaya dan seninya sendiri.[2] Indonesia ada ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang amat berjibun digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut.

Seni pertunjukan[sunting | sunting sumber]

Seni demonstrasi adalah karya seni yang membabitkan aksi individu atau blok di tempat dan waktu tertentu. Berikut adalah macam-macam seni demonstrasi di Indonesia:

Seni coretan dan lukis[sunting | sunting sumber]

Lukisan Indonesia sebelum era ke-19 secuil besar terbatas pada seni dekoratif, dianggap sebagai aktivitas religius dan spiritual, padu dengan seni Eropa pra-1400. Nama-nama artis pada kala itu anonim, sebab inventor anak Adam dipandang asing lebih penting daripada buatan mereka buat menghormati dewa atau roh. Beberapa contoh adalah seni dekoratif kenyah, yang didasarkan pada motif alam endemik bagaikan pakis dan rangkong, galibnya ditemukan pada benteng kediaman panjang Kenyah buat alamat estetika. Seni tradisional yang beken lainnya adalah ukiran kayu Toraja yang geometris. Lukisan Bali pada awalnya merupakan coretan narasi buat melukiskan adegan legenda Bali dan naskah agama Hindu. Lukisan-lukisan Bali klasik sering menghiasi manuskrip lontar dan lagi langit-langit paviliun pura dan kuil.

Di kolong pengaruh dominasi kolonial Belanda, seni lukis yang condong ke cita-cita deskripsi energi Barat muncul—pada era ke-19. Di Belanda, nama "Lukisan Indonesia" diterapkan pada lukisan-lukisan yang diproduksi akibat Belanda atau artis asing lainnya yang tinggal dan bekerja di—bekas—Hindia Belanda. Pelukis asli Indonesia era ke-19 yang amat beken adalah Raden Saleh (1807–1877), artis pribumi—bercampur keluarga Arab—pertama yang belajar di Eropa. Seninya sangat dipengaruhi akibat romantisisme. Pada tahun 1920, Walter Spies menetap di Bali, ia sering dikreditkan dengan hebat afeksi tokoh budaya Barat ke budaya dan kesenian Bali. Karya-karyanya menebak mempengaruhi artis dan pelukis Bali. Kini, Bali ada salah ahad tradisi melukis yang amat jelas dan amat kaya di Indonesia.

1920-an engat 1940-an adalah masa kemajuan nasionalisme di Indonesia. Periode lebih dahulu gerakan romantisme tak dilihat sebagai gerakan murni Indonesia dan tak berkembang. Pelukis dari membesuk adam alami buat inspirasi. Beberapa contoh pelukis Indonesia selama abad ini adalah Bali Ida Bagus Made dan realis Basuki Abdullah. Asosiasi Pelukis Indonesia (Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia atau PERSAGI, 19381942) dibentuk selama abad ini. PERSAGI menetapkan filosofi seni kontemporer yang membesuk karya seni sebagai refleksi dari adicita individu atau badan artis serta ekspresi adicita budaya nasional.

Sejak tahun 1940-an, para artis dari menggabungkan teknik-teknik Barat dengan citra dan budaya di Asia Tenggara. Pelukis yang beranak pada gerakan ekstremis Perang Dunia dan abad pasca Perang Dunia dari muncul selama abad ini, bagaikan Sudjojono, Affandi, dan Hendra. Selama tahun 1960-an, unsur-unsur aktual ditambahkan ketika abstrak ekspresionisme dan seni Islam dari diserap akibat komune seni. Juga selama abad ini, blok pelukis yang lebih peduli tentang realitas masyarakat Indonesia dari muncul, mengambil angan-angan dari masalah kemasyarakatan bagaikan pembagian antara anak buah kaya dan anak buah miskin, polusi, dan penggundulan hutan. Identitas dalam negeri Indonesia ditekankan akibat para pelukis ini melalui eksploitasi energi dokumenter yang realistis. Selama abad Soekarno, seni yang terlibat ala kemasyarakatan ini ala formal dipromosikan, tetapi selepas tahun 1965, popularitasnya menurun karena kecondongan yang diduga komunis.

Tiga akademi seni yang menawarkan training absah yang luas pada seni optis adalah Institut Teknologi Bandung yang didirikan pada 1947; Akademi Seni Rupa Indonesia (ASI) atau ASRI, masa ini dikenal sebagai ISI, di Yogyakarta diresmikan pada 1950; dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dibuka pada tahun 1970.

Seni patung[sunting | sunting sumber]

Pakaian adat[sunting | sunting sumber]

Ulos yang dipakai penari Sigale gale.

Berikut adalah daftar busana etiket di Indonesia:

Seni suara[sunting | sunting sumber]

Kesusastraan[sunting | sunting sumber]

Sastra Indonesia adalah sebuah nama yang meliputi beraneka macam macam karya kesusastraan di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sorangan mempunyai arti yang baku melengkapi lebih-lebih pada cakupan geografi dan asal usul poltik di alam tersebut.

Sastra Indonesia sorangan boleh merujuk pada kesusastraan yang dibuat di alam Kepulauan Indonesia. Sering lagi ala luas dirujuk kepada kesusastraan yang budi akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana budi Indonesia adalah ahad turunannya). Dengan pengertian kedua bahwa kesusastraan ini boleh lagi diartikan sebagai kesusastraan yang dibuat di alam Melayu (selain Indonesia, terdapat lagi kaum negara berbincang Melayu bagaikan Malaysia dan Brunei), begini kembali bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.

Masakan[sunting | sunting sumber]

Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berakar dari kepulauan Nusantara yang terjadi dari sekitar 6.000 daratan dan memegang tempat penting pada budaya dalam negeri Indonesia ala umum dan dekat seantero masakan Indonesia kaya dengan bumbu berakar dari rempah-rempah bagaikan kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti eksploitasi teknik-teknik memasak berdasarkan bahan dan tradisi-adat yang terdapat kembali pengaruh melalui bursa yang berakar bagaikan dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa (terutama Belanda, Portugis, dan Spanyol).

Pada dasarnya tak ada ahad bangun tunggal "masakan Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi ala nasional akibat Kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang tergarap menjadi nasi putih, ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok kayu bagi kebanyakan penduduk Indonesia namum buat belahan timur lebih umum dipergunakan lagi jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar. Bentuk pemandangan penyajiannya galibnya disajikan di secuil besar makanan Indonesia berupa makanan pokok kayu dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau lalap disisi piring.

Film[sunting | sunting sumber]

Era awal perfilman Indonesia ini diawali dengan berdirinya bioskop perdana di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama Gambar Idoep yang memamerkan beraneka macam bioskop bisu.

Film perdana yang dibuat perdana kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat akibat sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Saat bioskop ini dibuat dan dirilis, negara Indonesia belum ada dan sedang merupakan Hindia Belanda, alam jajahan Kerajaan Belanda. Film ini dibuat dengan didukung akibat aktor nasional akibat Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul perdana kalinya pada copot 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.

Perfilman Indonesia sorangan ada asal usul yang panjang dan luang menjadi raja di negara sorangan pada tahun 1980-an, ketika bioskop Indonesia memerintah bioskop-bioskop lokal. Film-film yang beken pada saat itu antara lain, Catatan sang Boy, Blok M dan sedang berjibun bioskop lain. Bintang-bintang anak muda yang beken pada saat itu antara asing Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady, Desy Ratnasari.

Selain film-film komersil, lagi ada berjibun bioskop film nonkomersil yang berhasil memboyong penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang memajukan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada lagi bioskop yang dimainkan akibat Christine Hakim bagaikan Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak cucu jalanan. Tersebut lagi film-film Garin Nugroho yang lainnya, bagaikan Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, lagi ada bioskop Marsinah yang penuh perbalahan karena diangkat dari dongeng nyata. Selain itu lagi ada bioskop film bagaikan Beth, Novel sonder aksara R, Kwaliteit 2 yang turut serta menggembirakan lagi keinsafan bioskop Indonesia. Festival Film Indonesia lagi lagi diadakan pada tahun 2004 selepas kosong selama 12 tahun.

Agama dan filsafat[sunting | sunting sumber]

Islam adalah agama kebanyakan di Indonesia, dengan dekat 88% orang Indonesia memaklumatkan Muslim berdasarkan cacah tahun 2000, menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk kebanyakan Muslim terbanyak di dunia. Sehingga Indonesia dijuluki dengan "The Most Big Muslim Population". Populasi lainnya adalah 9% Kristen (yang agak dua pertiga adalah Protestan dengan sisanya lebih-lebih Katolik), 2% Hindu, dan 1% Buddha.

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia, menegaskan bahwa pada mari perdana "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Perayaan publik[sunting | sunting sumber]

Kongres Kebudayaan Indonesia[sunting | sunting sumber]

Bangsa Indonesia menebak ada (hawa) nafsu buat memajukan kultur dari era kolonial Hindia Belanda. Semangat itu tergambar dari penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Indonesia. Dari waktu ke waktu, Kongres Kebudayaan Indonesia dilaksanakan buat bereaksi peran kultur terhadap jalan zamannya.

Masa Kolonial[sunting | sunting sumber]

Kongres Kebudayaan Indonesia perdana kali dilaksanakan pada 1909. Hal ini tak terlepas dari dari tumbuhnya arena anak sekolah dan mengemukakan gagasan tentang "bangsa". Walaupun pada 1909, kongres ini sedang kental dengan budaya Jawa, tetapi dari terlihat (hawa) nafsu aktual buat memajukan kultur sorangan di ketika kolonialisme. Kongres perdana ini lagi menghasilkan Java Institut, yang kemudian berjibun bepartisipasi pada penyelenggaraan beraneka macam kongres kultur pada masa kolonial.

Java Institut menebak melaksanakan enam kongres kultur yaitu pada 1919, 1921, 1924, 1926, 1929 dan 1937. Pada 1919, topik Utama sedang berorientasi pada pengembangan kultur Jawa, khususnya asal usul dan kebudayaan. Pada kongres 1921, topik yang diangkat adalah didikan musik dan asal usul kepada para siswa bumiputra, khususnya kultur Sunda. Kongres yang diselenggarakan di Kota Bandung ini lagi ada topik tercantel kesenian asing. Masa itu, peserta mengajukan tiga sikap pada menanggapi kesenian asing. Pertama, membuang budaya lama dan membangun budaya baru. Sedangkan yang kedua, adalah budaya lama dipelihara. Terakhir, budaya aktual disesuaikan dengan budaya lama. Para peserta kongres mengambil sikap yang ketiga. Kongres pada tahun-tahun kemudian membawa topik akan dijelaskan ala berurutan. Pada 1924, afeksi kepada kultur daerah pada penyelenggaraan Pendidikan. Pada 1926, Bahasa, bumi dan genus anak Jawa timur. Pada 1929, contoh filsafat timur dan kesusastraan pada adam Pendidikan. Pada 1937 adalah membawa afeksi yang besar kepada kultur Bali.

Masa Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Setelah Indonesia Merdeka sampai tahun 1960, menebak dilaksanakan 5 kali Kongres Kebudayaan. Secara mini boleh dijelaskan sebagai berikut:

  • Kongres Kebudayaan I pada 1948, membawa topik akal seniman, cendekiawan dan budayawan buat menaruh dasar pembangunan anak yang berwawasan budaya;
  • Kongres Kebudayaan II pada 1951, membawa topik ikhtiar jalan keluar di bidang kesenian bagaikan benar pengarang/hak cipta, jalan kesusastraan, kritik seni, sensor bioskop dan badan kebudayaan;
  • Kongres Kebudayaan III pada 1954, membawa topik Pendidikan kultur bagi kaum pelajar, asosiasi kota, buruh dan tani;
  • Kongres Kebudayaan IV pada 1957, membawa topik kultur dan arsitektur;
  • Kongres Kebudayaan V pada 1960, membawa topik kultur dan ekonomi.

Masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Reformasi[sunting | sunting sumber]

Ada hentian yang panjang selama lebih dari tiga persepuluhan desimal tahun aktual Kongres Kebudayaan VI dilaksanakan lagi pada 1991. Penjelasan ala mini sebagai berikut:

  • Kongres Kebudayaan VI pada 1991, berbantah lima topik Utama, yaitu harta budaya, filtrasi dan pengembangan; kultur nasional, masa ini dan masa depan; kapasitas menakhlikkan dan kemajuan kesenian daerah dan nasional; kultur dan sector-sector kehidupan masyarakat; kultur dalam negeri dan dunia.
  • Kongres Kebudayaan VII pada 2003, berbantah kebijakan dan strategi kultur Indonesia yang meliputi 16 pokok kayu topik, di antaranya:
    1. integrasi dan disintegrasi,
    2. krisis otoritas,
    3. desentralisasi politik daerah
    4. identitas dan transisi
    5. konflik dan kekerasan
    6. warisan budaya
    7. kesetaraan gender
    8. hukum dan korupsi
    9. reinterpretasi dan reposisi etiket dan tradisi
    10. pendidikan
    11. ekonomi kerakyatan
    12. bahasa dan simbol
    13. budaya pop dan hiburan
    14. religi dan spiritualitas
    15. ilmu pengetahuan dan teknologi
    16. lingkungan hidup
  • Kongres Kebudayaan VIII pada 2008, bertema "Kebudayaan buat Kemajuan dan Perdamaian Menuju Kesejahteraan" yang meliputi 15 pokok kayu bahasanf:
    1. film/seni media
    2. sastra
    3. bahasa
    4. seni rupa
    5. media massa
    6. seni pertunjukkan
    7. ekonomi kreatif
    8. hak benda intelektual
    9. diplomasi kebudayaan
    10. warisan budaya
    11. kebijakan dan strategi kebudayaan
    12. pendidikan
    13. filantropi kebudayaan
    14. identitas budaya
    15. etika
  • Kongres Kebudayaan IX pada 2013. Kongres yang diselenggarakan di Yogyakarta ini suah menuai kecaman dari kaum arena aktivis dan seniman. Kekecawaan aktivis melanggar kongres ini sedang boleh dilihat jejaknya di internet. Salah satunya adalah Hanny Setiawan yang membukukan esai dengan kop "Kongres Kebudayaan, Kongres Abal-abal" di kolom Kompasiana. Kongres Kebudayaan IX pada 2013 menghasilkan 5 rekomendasi, di antaranyaD:
    1. demokrasi
    2. pendidikan
    3. diplomasi kebudayaan
    4. pengelolaan kebudayaan
    5. generasi anak muda sebagai sumber kebudayaan
  • Kongres Kebudayaan X pada 2018. Kongres Kebudayaan 2018 menghasilkan 7 agenda vital kultur dan 7 resolusi yang bereaksi agenda strategis.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Budaya Peranakan

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

oke detil perihal Budaya Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas semoga info ini menambah wawasan terima kasih

Artikel ini diposting pada kategori kebudayaan indonesia sebelum hindu budha, bagaimana kebudayaan masyarakat indonesia sebelum mengenal agama hindu budha, kebudayaan indonesia sebelum masuknya hindu budha, , tanggal 18-09-2019, di kutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia

Disqus Comments

Popular Post